Seuntai mimpi yang
digoreskan dalam kertas putih polos hanyalah tulisan biasa, akan menjadi luar
biasa tatkala kertas itu terbang mengabarkan pada dunia bahwa “INILAH MIMPI KAMI, ANAK BANGSA”. Kemudian
kertas itu kembali mendarat sebagai semangat kepada pemiliknya, sedang kita
meyakinkan bahwa IYA, KALIAN PASTI BISA.
Sore tadi, tepat dihari tulisan
ini secara sengaja dibuat. Belasan anak-anak terminal, mereka meyebutnya
demikian. Penuh semangat bersiap-siap mengikuti salah satu kegiatan rutin Lembaga Dakwah Kampus BAABUSSALAM UNTIRTA. Sebenarnya bukan acara besar, tanpa tenda
atau pemateri-pemateri handal layaknya acara seminar yang seringkali digalakkan
oleh beberapa organisasi. Ini hanyalah kegiatan kecil, dilakukan oleh sebagian
kecil anggota LDK yang sangat peduli terhadap nasib anak-anak terminal. Kami
menyebutnya BINAR (Bina Anak dan Remaja).
Bertempat di salah satu TPA yang berada dilingkungan Terminal Pakupatan.
Awal pembelajaran dimulai dengan
doa dan dilanjutkan perkenalan yang dipimpin oleh tentor baru, sebut saja
namanya Maharani Ramadhanti. Sembari mengenalkan beberapa tentor lainnya. salah
satunya Nawawi, Mega, eny dan tidak lupa cowo kece yang hadir dari belahan
dunia terkece se kece-kecenya. Seringkali di panggil-panggil dengan sebutan dzakwan ali *Ingat bukan Bakwan Aci*. Sementara
Rateh dan Fanny sudah sangat terkenal bagi anak-anak terminal. Yahhh kalah deh
populernyaa dzakwan ali. *lupakan* kemudian anak-anak diminta menyebutkan
namanya sendiri beserta umurnya.
“Sarwiti,
16 Tahun. . . “
“Neneng,
11 Tahun. . .”
“Reza, 6 Tahun.
. . “
“Febri,
12 Tahun. . .”
Dan
belasan anak terminal lainnya. . . .
Rani dengan semangatnya yang cukup menggila bertanya kepada
anak-anak
“Siapa diantara kalian yang punya cita-cita.”
Semua anak dengan penuh percaya diri dan semangat mengangkat
tangannya sembari berteriak “SAYA” “SAYA KAK” “SAYA TEH”
“Okeeee, sekarang kalian siapkan kertas kosong dan tuliskan
cita-citanya.”
“Bu, Reza belum bisa nulis, gimana tuh”
“Emangnya Reza cita-citanya apa sayangg”
“Saya mau jadi pemain bola” Nada polos anak enam tahun
“Kakak-kakaknya bantu Reza yaaaa,”
Setelah semuanya menuliskan, Rani meminta mereka membuat pesawat
dari kertas yang bertuliskan cita-citanya. Hal ini dilakukan agar cita-cita mereka bisa
terbang mengabarkan kepada Negeri bahwa ada anak disalah satu terminal memiliki
cita-cita melebihi luasnya terminal. Setelah itu pesawat dibuat menjadi bola
dengan meremas-remasnya sebagai keyakinan yang kuat bahwa CITA-CITA itu tidak
hanya akan jadi tulisa semata, tapi dengan semangat yang mereka miliki pasti
semuanya tercapai.
Sementara tentor menyiapkan salah satu tempat untuk dijadikan
sebagai tujuan bola itu dibuat. Yaaa anak-anak diharuskan melemparkannya hingga
masuk dalam wadah. Bagi yang berhasil mendapatkan wafer coklat sedangkan yang
belum berhasil harus terus mencoba hingga masuk. Pada akhirnya semua berhasil. Ada
yang dua kali mencoba, tiga kali, empat kali bahkan Reza
beberapa kali terus mencoba. Tanpa malu ataupun ragu terus mencoba hingga ia
berhasil memasukkan bola dari kertas yang bertuliskan cita-citanya “PEMAIN BOLA”. Biarpun terlihat hanyalah permainan biasa,
bagi kami ini bentuk penyadaran kepada mereka bahwa kondisi mereka sekarang
tidak cukup bisa menentukkan masa depan. Semuanya berhak untuk SUKSES termasuk
mereka anak-anak terminal. Dalam permainan itu ada sebuah hal yang ditanamkan
kepada mereka. Bahwa untuk mendapatkan
sesuatu butuh usaha dan semangat yang tinggi, serta terus mencoba hingga
berhasil. Karena keberhasilan akan selalu datang kepada kita tatkala kita
yakini bahwa keberhasilan akan datang menghampiri kita. Usaha, semangat, tekad
yang kuat serta pantang menyerah adalah jalan arah keberhasilan itu hingga
sampai pada kita.
Kami begitu menikmatinya sebagai kesenangan akan sebuah
harapan anak-anak yang kami yakini mereka PASTI BISA untuk menggapai
cita-citanya, mimpi-mimpinya, harapan-harapan besarnya, semuanya terakumulasi
untuk MASA DEPANNYA.
Terminal Pakupatan, 16
Oktober 2012 “Untuk
Sebuah Mimpi Anak Negeri”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar