Sudah
103 tahun yang lalu euphoria titik ledak kebangkitan bangsa Indonesia
berlangsung. 20 mei 1908 sebagai saksi perubahan konsepsi perjuangan dalam
memperebutkan kemerdekaan. Lahirnya berbagai gerakan pemersatu seluruh elemen
bangsa Indonesia menjadi tumpuan cita-cita yang pada waktu itu menjadi
angan-angan belaka yaitu Sebuah kata Merdeka. Namun sekarang makna merdeka
hanyalah sebuah kata tanpa makna, bagaimana tidak, penghormatan terhadap para
pahlawan yang sudah gugur mulai terkikis akibat penurunan degradasi moral serta
karakter yang dipengaruhi dunia barat. Akibatnya bangsa Indonesia sendiri lupa
terhadap dirinya sendiri sebagai makhluk social.
Memaknai
kebangkitan nasional sebagai titik ledak semangat kemerdekaan pada saat ini adalah sebuah perubahan yang tertumpu pada
tiga aspek:
Pertama
pendidikan karakter, permasalahan bangsa Indonesia saat ini adalah hilangnya
karakter dalam membangun jati diri bangsa. Akibatnya asas gotong royong yang
selama ini tertanam dalam setiap jiwa bangsa Indonesia pudar seiring
perkembangan zaman. Padahal kemerdekaan Indonesia terjadi karena semua elemen
masyarakat bahu-membahu dalam melakukan perlawanan terhadap penjajah. Ini yang
sudah langka terlihat dalam setiap pribadi bangsa. Sehingga harus mulai kembali
menanamkan karakter asli bangsa Indonesia yang berasas gotong royong serta
kekeluargaan.
Kedua
mencintai Indonesia seutuhnya, bangsa
Indonesia seakan lupa kalau sesungguhnya memiliki kekayaan yang sangat melimpah
dan menjadi incaran penjajah hingga sekarang karena ketidakcintaannya terhadap
Indonesia. Padahal bila dimaksimalkan dengan baik, mampu meningkatkan
perekonomian masyarakat. Beberapa dimanfaatkan dengan baik, hanya saja oleh
orang pribumi individualis bahkan lebih parah oleh pihak asing. Hal ini
menjadikan masyarakat Indonesia seakan
tidak memiliki apa-apa, kekayaan alam yang ada di negeri ini seperti
fatamorgana.
Ketiga
menggunakan produk dalam negeri, sekarang ini produk asing sudah merajai pangsa
pasar negeri ini. pasar tekstil 80%,
farmasi 80%, teknologi 92%, bahkan air minum 93% yang semuanya itu
dikuasai pihak asing. Keuntungan yang diperoleh tidak masuk kas Negara atau
meningkatkan perekonomian masyarakat kita,
justru menjadi pemasukan Negara asing. Lantas siapa yang membuat mereka
maju??? Kita juga yang menjadikan produk-produk asing merajai pasar di
Indonesia karena kita lebih senang menggunakan produk asing sebagai pemenuhan
kebutuhan sehari-hari. Apalagi dengan jumlah penduduk 230 juta jiwa pada sensus
penduduk tahun 2010 menjadikan peluang besar bagi pihak asing untuk
memanfaatkan kita sebagai konsumen produk-produknya. Hal ini membuat
entrepreneur di Indonesia kewalahan dalam bersaing karena kalah dalam promosi
ditambah dengan masyarakat yang seakan mremehkan hasil karya bangsa sendiri
dengan tidak menggunakan produk dalam negeri. Padahal bila banyak entrepreneur
yang kuat di Indonesia akan mampu meningkatkan perekonomian bangsa Indonesia.
Ketiga
aspek diatas saling berkaitan karena langkah pertama yang harus dibentuk adalah
karakter sebagai bangsa Indonesia agar dapat mencintai Indonesia seutuhnya dan bangga
menggunakan produk dalam negeri. hal ini harus dimulai dari yang kecil agar
lambat laun akan tumbuh menjadi perubahan yang besar. Dimulai dari diri
sendiri, kemudian ditularkan kepada orang lain agar Indonesia mampu bangkit
dari keterpurukan dan kembali menjadi macan asia yang ditakuti oleh seluruh
penjuru dunia.
pendidikan nilai juga sangat berpengaruh....
BalasHapus