Apa sih yang kita cari dikampus tuh??
Sekedar belajar tentang materi kuliah sesuai jurusan atau ber-ORGAN-isasi
atau maen2 atau nyari jodoh atau nyari duit atau nyari teman atau nyari entah
apapun yang mengharuskan dicari sampai pencarian itu menemukan entah yang
dicarinya atau putus asa karena tidak menemukan entah yang dicari.
Okz. Itu adalah pilihan masing2, namun ketika Qt hanya berpikir kuliah
untuk mencari ilmu yang sesuai dengan jurusan yang diambil kemudian lulus dan
mendapatkan ijazah sebagai modal keraja.
Hanya itukah???
Sayang sekali kawan, ilmu2 kehidupan yang secara langsung akan digunakan
ketika bermasyarakat bertebaran dikampus tuh melalui sebuah organisasi atau
perkumpulan sesuai dengan bidangnya. Ada focus di kebudayaan dan seni,
jurnalistik, politik, agama, tarik suara, penelitian, sastra, dll. Semuanya
tidak hanya menawarkan itu saja, seperti Public Speaking akan Qt pelajari.
Bukan kah itu salah satu modal Qt mampu berbicara didepan umum??????
Amat disayangkan tidak banyak mahasiswa peka kemudian mengambil ilmu
tersebut. Ilmu yang jauh akan lebih bermanfaat ketika Qt memilih hidup
bermasyarakat. Selain itu kebermanfaatan kepada masyarakat akan semakin terasa.
Sebenarnya tidak ada kewajiban secara khusus untuk aktif dalam sebuah
organisasi, setidaknya Qt bisa mengambil banyak ilmu sebagai modal masa depan
Qt dan tidak perlu terlibat aktif dalam menjalankan organisasi tersebut (walau
terkesan egois). kecuali bagi orang2 yang tidak mau memiliki masa depan yang
baik. Tapi Gw rasa yang namanya Mahasiswa pasti memiliki impian dan masa depan.
Tinggal bagaimana Qt mampu mengeksplore diri menjadi orang yang layak sesuai
dengan yang diimpikan.
Gw ga nyaranin kalian buat berorganisasi seabreg, kemudian tidak kuliah.
Bukan itu…..
Kuliah cukup penting sebagai modal Qt, tinggal seberapa serius
menjalankan kuliah tersebut. Ketika hendak UTS atau UAS, tidak sedikit
mahasiswa yang gerasak-gerusuk foto copy catatan, bikin catatan kecil buat
nyontek, ngajak belajar bareng, dll. Bahkan melanjutkan kebiasaan buruk selama
di sekolah yaitu Mencontek ke beberapa sumber, baik catatn kecil atau teman
sebaya. Lantas selama dikelas ngapain??? Badan dikelas tapi pikiran kemana2,
berarti hanya sekedar menjalankan kewajiban saja kuliah tuh. Bukan karena
kebutuhan. Biar dilihat orang tua rajin kuliah, atau takut ga lulus bila bolos.
Cara pandang Qt termasuk Gw yang memang perlu diluruskan. KULIAH ADALAH
KEBUTUHAN BUKAN KEWAJIBAN.
Ketika Qt memilih untuk tidak masuk kekelas karena mengikuti kegiatan diluar
kampus atau kegiatan organisasi, bukanlah sebuah kesalahan besar. Justru karena
mereka tahu bahwa akan mendapatkan ilmu yang jauh lebih dibutuhkan dibanding sekedar
dikelas mendengarkan dosen memberikan materi yang bisa dibaca sendiri di rumah
atau dimanapun. Tentu harus memperhatikan juga system dikampus yang mengatur
per-Bolos-an.
Bukankah kampus memberikan jatah
bolos?
Ini yang terkadang tidak dimanfaatkan dengan baik oleh mahasiswa, masuk
kekelas setiap hari bukanlah jaminan nilainya akan besar. Karena yang namanya
materi kuliah terkadang baca sendiri dirumah atau kosan sudah bisa difahami.
Kenapa harus repot2 masuk kekelas. Sekali lagi bukan mengajarkan untuk bolos,
tapi manfaatkan jatah tersebut untuk mengembangkan diri. Menggali potensi
maupun bakat. Tinggal seberapa berani mengambil peluang tersebut.
Hal terpenting adalah kehadiran dikelas tidak menjadi penilaian oleh para
dosen, karena mereka sendiri tahu dan pernah merasakan sebagai mahasiswa bahwa
begitu pentingnya menggali semua potensi serta mengembangkan karakter diri.
Kalaupun ada dosen yang memperhitungkan kehadiran sebagai penilaian,
kemungkinan dia sendiri tidak merasakan kenikmatan sebagai mahasiswa. Qt bukan
anak SD atau SMP yang harus hadir dikelas.
Gw rasa ketika mengikuti sebuah pelatihan, perlombaan, seminar dll.
Justru konten yg Qt dapatkan hamper sama seperti kuliah dengan jumlah kadang 5
sks. Lebih menarik, lebih berasa, lebih sederhana…… Semuanya memang pilihan
Pernah suatu hari Gw ikut seleksi dan dengan ketidaksengajaan bertemu
dengan dewan juri yang terlihat biasa saja ketika Gw di interview. Bahkan gw
sendiri pasti lupa dengan mukanya, beruntung secara tidak sengaja terjadi
pembicaraan yang cukup lama dengan dewan juri tersebut. Lengkapnya seperti ini:
Sehabis sarapan, gw hendak beres2 soalnya jatah tinggal di hotel udah mau
habis, ketika dijalan berpapasan dengan salah satu dewan juri. Diawali dengan
basa-basi hingga diskusi terkait banyak hal yang pasti berguna banget untuk
kehidupan. 1,5 jam tidak terasa kami berdiri, bahkan kalau bukan gara2 panitia
mengharuskan setiap peserta prepare kemungkinan akan dilanjut obrolan santai
kelas tinggi. Gw ngerasa pelajaran2 hidup maupun semua tentang masyarakat yang
beliau sampaikan seperti kesimpulan dari Mata Kuliah Dasar Umum yang jumlahnya
sekitar 10 sks. Tapi itu bisa disampaikan dalam waktu 1,5 jam bahkan langsung
ketangkep apa yang beliau sampaikan. DENGAN KETIDAKSENGAJAAN SAJA GW
MENDAPATKAN ILMU YANG SANGAT LUAR BIASA, APALAGI KALAU DISENGAJA DAN
DIRENCANAKAN?????
Itulah sekelumit cerita yg menunjukkan ILMU BISA DIDAPAT DIMANA SAJA,
KAPAN SAJA, DARI SIAPA SAJA.
Masihkah IPK menjadi patokan mendapat kerja yang mapan???? (Bila memilih mencari pekerjaan bukan
membuat lapangan kerja)
Sering banget gw denger cerita dari para senior yang memang sudah kerja
dengan mapan. Nilai mereka ga bagus2 amat, bahkan ketika penyeleksian ada
beberapa pendaftar dengan IPK jauh diatas dia. Justru yang diterima senior gw.
Dia bilang bahwa nilai memang perlu untuk syarat administrative, tapi ketika interview
yang dilihat adalah kemampuan berkomunikasi, cara berpikir, team building, dll.
Semua itu didapat bukan dari materi kuliah dikelas tapi dari ilmu yang didapat dari sekeliling Qt. Tentu
saja perusahaan atau apapun itu tahu bahwa NILAI BISA DIMANIPULASI. Tapi
karakter serta kemampuan diri tidak bisa dibohongi.
GA HANYA FOKUS DENGAN HASIL TAPI MAKSIMALKAN PROSES
Denis Khawarizm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar