Beasiswa dan beasiswa, satu kata yang cukup menarik perhatian terutama
bagi mahasiswa yang baru mengijakkan kakinya dikampus. Atau karena alasan
itulah yang membuat lulusan sekolah menengah ke atas berani untuk melanjutkan
studinya. Bahkan membuat para petani tidak khawatir memberikan izin kepada
anaknya untuk belajar di sebuah “kampus”. Bagi siapapun yang “membutuhkan”
beasiswa kebanggan tersendiri bahkan bisa dikatakan prestasi, termasuk gw.
Apalagi ketika orang-orang atau adik tingkat yang bertanya tentang beasiswa,
bangga banget bisa menjelaskan sesuatu hal yang kita sendiri pelakunya. Dialog
yang seringkali terjadi:
Misal, Adik tingkat adalah A
Gw adalah B
A : “Ka, di Untirta ada beasiswa apa za?”
B : “Banyak
dek, Bidik Misi, Perusahaan Gas Negara, BUMN, Eka Tjipta, PPA, BBM, Djarum, Toyota Astra, BTN, Supersemar, BCA,
Orbit, Bank Indonesia, dll”
A : “kaka dapet beasiswa apa?”
Tidak niat untuk riya atau riba, hanya sekedar membangga-banggakan diri
sendiri, ah sama saja sepertinya. Masuk riya tuh. Oke deh, Insya Allah ikhlas, ah ga ikhlas tuh.
Dimana-mana kalau ikhlas ga boleh disebut kata “ikhlas” nya. Apapun pikiran
kalian yang pasti gw harus jujur apa adanya.
B : “Alhamdulillah dek, dapet beasiswa PGN,
perusahaan Gas Negara.”
A : “Wih hebat ka, mau dong dapet
beasiswa juga kaya kaka”
Sepertinya hati
yang lemah ini mulai di uji, dengan pujian-pujian seperti itu. Apalagi kalau
cewe yang bertanya semakin melemahkan saja. Untung selalu inget untuk setia kepadanya,
entah “kepadanya” sebenarnya suka atau
tidak. Akhirnya Gw anggap yang bertanya adalah adik-adik gw yang harus
mendapatkan asupan informasi di per-Kuliah-an terutama tentang beasiswa.
B : “Pasti bisa dek, tinggal pilih za mau
yang mana.”
A : “Apa za ka persyaratannya?” Dengan
nada penasaran
B :
“Sebenarnya simple, minimal IP 3 atau 3,5 terus kalau ada pembukaan beasiswa,
minta ke orang tuanya supaya pemakaian listrik dikurangi. Biasanya disuruh
mengumpulkan struk listrik dibulan pas kita ngajuin beasiswa.”
A : “Denger-denger untuk dapetin IP 3 itu
susah ya ka?
B :
“Biasanya kalau semester 1 mah mata kuliahnya masih umum, atau pengulangan
materi di SMA. So dapet 3 masih mudah. Belajar za yang serius. Dan ga boleh
hanya sekedar jadi mahasiswa pelengkap yang gagap informasi. Harus aktif
dikelasnya, biar dosen kenal sama kita dan bisa banyak dapet informasi dari
para dosen.”
A : “Insya Allah ka, Mohon bimbingannya?”
Whats??? Minta bimbingan dari gw, ga salah tuh? Berat banget diminta
ngebimbing, IP gw ga selalu diatas 3,5. Tapi inilah tugas sebagai kaka yang
baik. Berusaha dengan sekuat tenaga diiringi dengan niat yang tulus jadilah
“kue donat”.
B :
“Sering komunikasi za, ini juga bagian dari negbangun komunikasi. Kamu dengan
kaka. Sering-sering nanya sama kaka tingkat. Setidaknya mereka sudah lebih dulu
merasakan hal yang akan kita alami. Salah satu kunci biar dapet beasiswa Duha dan Tahajud”
Yupzz, dua kata yang cukup popular dikalangan mahasiswa. Mungkin sejak
SMA, apalagi kalau mendekati Ujian Nasional. Sepertinya mushola atau masjid
sekolah penuh disesaki oleh siswa kelas tiga untuk melaksanakan solat duha. Dan
tahajud menjadi rutinitas yang tidak tertinggalkan. Mudah-mudahan setiap orang
yang pernah melaksanakannya tetap istiqomah. Amiiin.
Bagi gw sendiri, dua kata tersebut seperti kata sakti yang memberikan
petunjuk jalan untuk mendapatkan apapun yang kita butuhkan. Duha dan Tahajud,
ini yang selalu gw ceritain bahwa dua kata itu sudah membuktikannya. Terutama
pada penerima beasiswa PGN. Kebanyakan orang-orang yang dapet beasiswa itu
sering gw lihat Duha di masjid kampus (Bukan untuk sombong, sumpah deh!!!).
Dimanapun kita berada, sama-sama berusaha untuk selalu melaksanakan Solat Duha
dan Tahajud. Duha sebagai ibadah meningkatkan rizky, sedangkan Tahajud, ketika
kita berdoa setelah solat itu Insya Allah akan cepat terkabul karena pada waktu
tersebut, Allah langsung turun untuk mengabulkan do’a-do’a orang yang meminta
kepada-Nya. Maklum Bro, Tahajud kan biasa dilaksanakan jam 2 atau jam 3 pagi.
Waktu-waktunya bikin pulau itu mah.
Selain Duha dan Tahajud, tentu ikhtiar yang lain adalah mencari informasi
sebanyak-banyaknya. Biasanya informasi beasiswa ditempel di gedung fakultas
atau rektorat. Dan biasanya lagi, ketika pagi-pagi ditempel. Insya Allah siang
atau sorenya sudah lenyap informasi tersebut. Maklumlah mahasiswa memiliki
sebuah keyakinan “Semakin sedikit orang yang ngajuin beasiswa, semakin besar
peluang mendapatkan beasiswa tersebut”. Biasanya kalau di rektorat susah untuk
mencabut informasi beasiswanya, namun ga banyak mahasiswa yang sering masuk
gedung rektorat. Sekalipun tidak ada informasi dalam bentuk kertas pengumuman.
Sesekali bersilaturahmi ke bagian kemahasiswaan untuk menanyakan informasi
beasiswa yang sedang berlangsung pengumpulan berkasnya atau beasiswa yang
mungkin sebentar lagi akan dibuka. Lumayan bisa persiapan dulu. Kemahasiswaan
tentu akan amat sangat senang bila banyak mahasiswa yang sekedar berkunjung
atau silaturahmi. Penting banget ini…….
Pada akhirnya saling mengingatkan dalam kebaikan dan ga boleh pelit bin
pedit dalam informasi apapun terutama beasiswa karena kita semua bersaudara…………
Denis Khawarizm
Alhamdulillah saya juga termasuk penerima beasiswa PGN dari Universitas airlangga, salam kenal...
BalasHapuswah ketemu saudara baru nih, salam kenal juga. masih lancar pencairannya?? share kegiatan temen2 PGN disana ya
BalasHapus